CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Monday, May 14, 2018

hi peeps!
I want to apologize to someone who object to the name I put in some posts.
well, I will delete those posts soon and fairytaleofemo will be back in near future. with new face, new content, and new atmosphere.




i'm preparing you the new me, so please wait patiently.


Regards,



emo

Sunday, April 22, 2018

/ˈfam(ə)lē/


Family.
One word means the whole world for me.

Memang benar apa yang orang-orang katakan, blood is thicker than water. Jelaslah bahwa darah lebih kental dari air, dengan selisih massa jenis 0,06 g/cm3

Ada yang pernah bertanya, “Kenapa sih kok takut banget pulang malem?”
Seketika aku diam. Sekelebat flashback langsung mampir di otakku. Yup, momen ketika ayahku bilang begini, di suatu sore ketika ia baru saja sampai dirumah. (biasanya beliau menjemputku pulang kuliah, tapi kali itu aku memang sudah pulang duluan)

*Ayah*, “Nah anak ayah udah nyampe, Alhamdulillah.”
*aku*, “Hehe iya, kan emang pulangnya cepet.”
*Ayah*, “Iya, ayah tu khawatir kalo anak belum pulang kerumah, apalagi sampe malem ga ada kabar”
-percakapan dilakukan dalam bahasa Palembang-

Disitu aku termangu. Betapa aku sering menyepelekan memberi kabar bahkan hanya lewat sms/line semata karena takut kena marah. Aku tidak tahu betapa ada orang-orang yang memikirkanku seperti ayah dan ibu… betapa aku selama ini menutup mata, merasa jadi orang paling menderita sedunia padahal ada dua malaikat dari surga yang dikirim Allah untuk menjagaku dan adikku.

Aku pun sering mendadak mellow, kala ingat betapa ayah selalu bangun pagi-pagi untuk mengantarku. Atau ingat ibu yang dini hari sudah misuh-misuh mengepulkan dapur agar bisa membawakanku bekal. Lihatlah, ada orang yang begitu memperhatikan pencernaanku. Ya, aku memang sering mellow bahkan over small things. Hal kecil bagi mereka, tapi tidak bagiku karena terselip cinta didalamnya.

Betapapun betahnya ngobrol berjam-jam dengan temanku, masih betahlah aku berceloteh dimeja makan bersama ayah ibu dan adikku.

Terkadang, ketika aku sedang kelabu dilanda masalah, mereka akan tahu bahkan saat aku memilih tetap bisu.
Betapa tinggal serumah bertahun-tahun telah melatih kemampuan telepati kami.

Adikku, yang hanya satu-satunya dan cemprengnya minta ampun itu, walau sering mengganggu dan kuganggu, adalah orang yang setia mendengarkan ceritaku ditengah malam sekalipun. Betapapun kesalnya ia dibangunkan malam hari karena aku minta ditemani ke kamar mandi, tapi ia tetap setia bertanya apakah aku ingin dimasakkan sesuatu. Atau cerewet mengomentari penampilanku yang kadang suka bereksperimen. Ia masih kecil, tapi kadang lebih dewasa dibandingkan aku. Hahaha.

Atau sepupu-sepupuku, yang kalau berkumpul sudah seperti penonton stand up comedy saking seringnya tertawa. Kadang hanya karena hal kecil yang hanya kami saja yang dapat mengerti. Mereka adalah tersangka yang membuat masa kecilku begitu berwarna. Yup, mereka teman pertamaku. Seberapa jauh kami terpisah sekarang, seberapa sibuk, tapi kami akan selalu mencari satu sama lain. Kalau ada hal yang tidak ingin dibicarakan dengan orang tua, kami akan kukuh menyimpan rahasia. Bahkan terang-terangan bekerja sama. Tanpa diminta.

Family is everything. No matter how much we argue, we’ll always find a way to love each other.

Keluarga bagiku adalah segalanya. Sama sekali tidak pernah terbesit niat untuk mengecewakan mereka. Merekalah satu-satunya yang tidak pernah membentuk image apa-apa tentang diri kita. Family is a place where we could be the truest of ourselves.
Mau bagaimanapun rupamu, sifatmu, baik burukmu, status sosialmu, keluarga selalu bisa menerimamu apa adanya. Seberapa sering berselisih paham bahkan sampai bertengkar, jalan pulang selalu mengarahkanmu ke rumah.
Seberapa panjangnya omelan ibumu, atau galaknya ayahmu, merekalah yang pertama kali menyambut kedatanganmu di dunia. Mereka yang pertama kali mengajakmu berbicara. Membimbingmu melangkah. Memegang tanganmu dikala jatuh. Mendengar celotehmu. Mengajarimu bagaimana menjalani kehidupan.
Seberapa sering adikmu mengganggumu, atau kakak memarahimu, tapi merekalah yang pertama kali mau mendengar keluh kesahmu. Mereka ah yang bertahan bertahun-tahun memaklumi sifat burukmu. Merekalah yang pertama kali mengulurkan tangan untukmu. Ikhlas. Tanpa perasaan ingin dibalas sedikitpun.

Love is home.
With ,
Ema