CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Friday, December 29, 2017

Body Shaming: It's All About Confidence

"Eh liat tuh si X badannya tinggi ya, bagus banget. Coba kamu juga tinggi ya pasti makin oke"
"Wah, si ini suaranya keren deh, coba kamu juga pinter nyanyi kayak gitu"
"Ih kurusin dikit, kek."

Pernah mendengar kalimat-kalimat manis seperti itu? Yup, bahasanya memang manis dan dikemas apik, tapi tahukah kita bahwa kata-kata tersebut sebenarnya merupakan bentuk yang sedikit lebih halus saja dari sebuah sindiran dan angan-angan yang tidak kesampaian.
Mungkin sebagian kita pernah mendengar kata-kata tersebut saat sedang asyik mengobrol dengan orang tersayang. Atau bahkan, kita sendiri yang tanpa sadar pernah melontarkan kata-kata sejenis.
Girls, perlu diketahui bahwa the power of a woman is confidence.
Body shaming itu adalah hal paling mengerikan bagi siapapun--tanpa peduli gender, usia, ras, bahkan agama.

Nah, sebelum ngobrol ngalor ngidul lebih jauh, yuk kenali dulu apa itu body shaming. Menurut en.oxforddictionaries.com, body shaming adalah suatu perbuatan mempermalukan seseorang dengan cara mengejek atau mengkritisi bentuk atau ukuran tubuh orang tersebut. Umumnya, sasaran empuk para pelaku body shaming ini adalah mereka yang memiliki berat badan ekstra atau obese. Eits, tapi jangan salah karena mereka yang bertubuh kurus atau memiliki tinggi badan dibawah rata-rata pun tak jarang mengalami hal ini. Penulis sendiri merupakan korban body shaming kategori kedua karena postur yang mini-mni ini :’D

Lantas, kita semua pasti bertanya, apa sih penyebab munculnya body shaming ini?

Seperti yang pernah disinggung diawal tadi, body shaming muncul karena adanya figure “sempurna” mengenai bentuk tubuh ideal. Di era media social ini, readers pasti pernah mendengar berita tentang orang yang rela melakukan operasi plastik, suntik ini itu, demi mendapatkan bentuk tubuh atau wajah seperti artis idola? Yup, munculnya figure-figur berpostur sempurna memang bisa menjadi motivasi untuk mendapatkan tubuh ideal, guys. Tapi sadarkah kita, bahwa terkadang kita malah meremehkan bentuk tubuh diri sendiri bahkan orang lain, hanya karena tidak “sesempurna” sang idola?

Tentu kalau postur sempurna dijadikan motivasi untuk hidup yang lebih sehat, tulisan ini tidak akan pernah ada. Tetapi, bagaimana kalau hal tersebut malah dijadikan alasan untuk mengejek anugerah yang diberikan Tuhan pada orang lain? Tahukah kita bahwa body shaming dapat berdampak buruk bagi kepercayaan diri seseorang? Di beberapa negara malah mengakibatkan seorang anak tidak punya keberanian untuk berkomunikasi dengan ibunya setelah sang Ibu (ibunya sendiri OMG) memposting foto sang anak yang obese dengan kata-kata menyakitkan. Seems like we have to take it seriously.

Body shaming tidak hanya tentang menghina bentuk tubuh orang lain secara langsung maupun tidak langsung. Diri kita sendiri pun dapat menjadi pelaku body shaming terhadap tubuh kita sendiri. Tentu kita tidak ingin dicap sebagai orang yang tidak mampu bersyukur. Namun, menentang body shaming juga bukan alasan untuk tidak memperhatikan kesehatan terutama pola makan. Kita seharusnya jadi orang yang paling mengenali tubuh kita. Tetap berusaha hidup sehat dan menutup telinga terhadap perkataan negatif mengenai tubuh kita adalah dua hal penting yang dapat menangkal body shaming.
Dan kita pun perlahan harus belajar untuk menempatkan diri di posisi orang lain sebelum berucap baik secara lisan maupun di media sosial.



References:




Saturday, November 4, 2017

Minta Maaf

Setelah baca-baca lagi posting kemarin, malam ini aku jadi terpikir. Apa jadinya jika ia yang kusebut teman membacanya? Akankah hatinya sedih? Apakah ia menyadari bahwa tulisan itu tertuju padanya? Terlepas dari apa yang ia lakukan, aku jadi berpikir lagi. Masih ada kemungkinan bahwa semua itu hanya kebetulan. Ia tidak benar-benar sengaja menccariku disaat-saat terdesak saja. 
Aku harusnya bersyukur, setidaknya aku masih bisa berguna untuk sesama. Setidaknya, aku bisa bercengkrama dengan ia yang sudah menemani masa-masa sekolahku dari putih merah hingga ke putih abu. 
Setidaknya, dalam 1 jam kami bertemu, aku bisa sepenuhnya menjadi diriku sendiri. Aku bisa bebas bercerita apapun yang tidak bisa kuceritakan pada siapapun. Aku bisa menertawakan kehidupan tanpa merasa takut lawan bicaraku tersinggung. Kami jarang saling memuji, tapi tidak pernah membiarkan satu sama lain terus menerus melakukan hal yang salah. Kami jarang bertemu, tapi ketika berkumpul bersama tidak pernah kehabisan bahan cerita. Aku baru menyadari bahwa dia adalah satu-satunya teman yang kuanggap paling mengerti diriku. Ia orang yang tulus, pandai bergaul tapi tidak lihai berpura-pura. Ia selalu tulus dimataku. Lantas, apa yang meracuni pikiranku beberapa hari lalu?
Aku bukan tipe orang yang cepat akrab dengan orang baru. Aku juga sulit untuk mengungkapkan perasaan dengan benar. Aku selalu berhasil terlihat cuek dan selalu bias mengontrol emosiku tanpa perlu berusaha keras. Didepan banyak orang. Yah, karena aku memang tidak peduli.
Tapi kau tahu, aku selalu berusaha sangat keras untuk menyembunyikan kegelisahan didepan keluargaku, teman terdekatku, dan dia yang kusebut mr. K. Aku lebih sering menumpahkan emosi didepan layar laptop dan dalam malam-malam sunyi yang memaksa air mataku tumpah. Sendirian. Terkadang aku menjadi lemah, rapuh, sensitif. Tapi sekali lagi, semua itu hanya kupendam sendiri. Oh, kau tahu bagaimana menderitanya menjadi seorang introvert seperti aku?
Dan malam ini, aku baru menyadari betapa egoisnya aku pada temanku sendiri. Ia yang didepannya aku selalu merasa nyaman. Aku bersalah karena menganggapnya egois. Padahal kenyataannya, aku yang egois karena merasa telah terlalu baik padanya. Hah?

Saturday, October 28, 2017

A friend in need is a friend indeed

Teman. Jujur saja, apa yang kau harapkan dari seorang teman? Orang-orang yang kebetulan dapat kau sapa? Tempat untuk berbagi? Berbagi apa? Kebahagiaankah? Kesulitan yang kau alamikah? 
Sampai berapa lama harus saling mengenal hingga kalian bisa disebut berteman? Mereka yang baru 1-2 tahun bersama ataukah harus menunggu berbelas tahun dulu baru bisa disebut teman?
Jika teman hadir untuk saling berbagi, bukankah itu berarti dalam tiap keadaan kalian dapat bercerita? Membagi apapun yang dirasa? Mendapat seseorang untuk sekadar mendengar curhat kita?
Memang manusia tidak tercipta untuk selalu merasa bahagia. Bahagia dan nestapa itu ibarat sebuah roda. Ya, aku tahu itu.
Teman ada untuk mendengarkan semua keluh kesah. Kadang menjadi solusi disaat kita merasa susah. Tapi, wajarkah bila ia hanya datang ketika sulit saja?
Jahat sekali bila pandangan seperti itu ditujukan untuk seseorang yang kau sebut teman. Aku tahu ini salah. Aku menulis yang tak seharusnya. 
Aku tahu ini gila. Tapi bagaimanapun, kau terlanjur membaca tulisan ini.
Pantaskah aku menerimanya? Apa salahku? Apa aku terlalu membosankan untuk jadi teman disela canda tawanya? Apakah aku hanya sebuah tempat dimana ia bisa mencariku ketika ia butuh apa yang tak bisa diberikan teman-temannya?

Aku bisa gila karena terus-terusan menganggap ini salah. Pikiranku kacau. Aku terus meyakinkan diri bahwa anggapanku semuanya salah. Tapi lama-lama ini membuatku gila. Aku tak bisa bercerita karena mungkin saja aku salah sangka. Wajarkah ini? Benarkah aku hanya jadi pelarian yang dicari ketika tak ada tempat lain yang bisa didatangi? 


Sekarang terserah padamu, kau akan membuat prasangkaku jadi nyata atau malah menumpah ruahkan segala pikiran burukku. 

Friday, March 10, 2017

apa ini

Halo, aku kembali lagi.
Yup, akhir-akhir ini aku merasa sangat ingin menulis terus-menerus. otakku seperti mengerti bahwa menulis dapat sedikit melegakan hatiku. ah, langka bukan, saat-saat ketika otak dan hati berjalan selaras?
menulis bagiku tak ubahnya seperti kanvas bagi pelukis.
dengannya aku bisa bebas memilih diksi sesuka hati.
lewat menulis aku bisa bebas mengekspresikan emosi.
lewat menulis aku merasa--pembacaku (kalau ada) setidaknya dapat terhibur--apabila tidak boleh disebut terinspirasi.

lewat menulis aku merasa semua percakapan yang mungkin takkan pernah terjadi--dapat tersampaikan.



haha, ya ya aku tahu malam sudah terlalu larut.
kantuk sudah jenuh mengetuk kelopak mataku sejak tadi.




sampai bertemu!

Friday, February 17, 2017

When You Have Nothing To Do, Just Pinterest-ing

Superleuk! Lichtsnoer met kleine kaartjes of foto's:

Love this! The neutral colors make it very warm and inviting! It's also a great way to use shelves and display all your books!:



Korean fashion sleeve striped top AddOneClothing.com Size Chart:

If you don’t have enough closet space, use a hanging rack and display your clothing as decor! | dormify.com:

Ideas:
I have done 4/16, you?

TragicPrincess☾☼:

limestyle: “ “If you’re not failing every now and again, it’s a sign you’re not doing anything very innovative.” — Woody Allen ”:

✌︎pinterest: iidonuttcaree stay bold, stay gold, and stay away from me:

Cute winter to spring outfit with the black dress, huge grey cardigan, black over the knee tights, black shoulder purse, and black heeled boots.:

Varanda: cantinho relax com muitas almofadas e plantas #decor #balcony:

saralinneea - just another fashion blog: Inspo of the Week: