Friday, June 24, 2022
Pluviophile
Langit Palembang beberapa hari ini lebih sering mendung. Kadang kalau sedang ingin, ia tumpahkan kekesalannya lewat air hujan. Siapa yang paling senang? Oh tentu saja tanaman-tanaman di halaman. Mungkin juga beberapa anak yang curi-curi mandi hujan. Aku juga. Suka hujannya, bukan berarti ikutan mandi hujan ya. Sudah lewat masanya.
Aku jadi teringat seorang pluviophile, yang ketika hujan turun ia akan memandangi rintiknya. Kemudian kami saling bercerita, berbagi semua masalah. Keinginan, mimpi, kekhawatiran, ketakutan.
Sebenarnya aku betul-betul suka saat hujan. Menarik selimut, membaca buku atau sekadar menonton film, lebih nikmat lagi kalau menyeruput coklat hangat. Rasanya bermalas-malasan jadi terasa benar dilakukan jika sedang turun hujan. Walau kegiatan pokok menjemur baju harus tertunda, tapi tak apa. Mungkin semesta memang sedang meminta waktu istirahat untuk kita.
Setidaknya, perasaan nyaman kala hujan bisa membawaku kabur sejenak dari semua cemas, sedih, marah, kecewa, dan semua hal negatif yang kian berkumpul di ruang dalam pikiranku. Sampai berdesak-desakan mereka.
Wednesday, February 16, 2022
sharing
When was the last time you feel genuinely happy?
These last months, I always feel guilty for every happiness I had in life. The feeling that I supposed to enjoy it with my dad around. I should’ve share those moments with him.
The feeling that… he wasn’t there.
The fact that a part of me, being not worthy enough for those happiness.
That I’ll never live the same life as before. I’m tortured, lonely, and helpless.
I miss you.
Wednesday, January 5, 2022
OS-CE
5 januari 2022 jadi penutup osce sepanjang sekolah dokter umum. Yah untungnya jalur osce ku termasuk jalur bonam alias aman.
Terus sorenya, berawal dari chatting singkat dengan kakak perempuanku, ingatanku melambung sampai ke 2016-2019.
Hari-hari preklinik ku diwarnai kesibukan mengikuti kuliah di daerah Madang, kemudian praktikum di Indralaya. Beberapa kali dalam sebulan pun aku “nangkring” di FK Bukit untuk kegiatan Skill Lab. Lalu, di akhir periode Blok, aku dan teman sejawat disibukkan dengan ujian MCQ dan OSCE yang selalu buat kami deg-degan.
Kala hari ujian OSCE tiba, pagi sekali, pukul 06.30 aku sudah duduk manis di kursi penumpang mobil. Ayah lalu mengantarku menuju FK Bukit (yah perjalanan yang lumayan panjang buat kami yang tinggal cukup jauh). Kalau menuju FK Bukit, kami akan melewati toko roti disebelah Indom*ret. Rotinya lumayan enak menurutku. Ayah yang melihatku gugup sepanjang perjalanan (mau ujian cuy) akan menawariku untuk mampir sekedar membeli roti.
“nak roti dak?”
“Ayok!” Ujarku yang memang kelaparan, tak peduli jam sudah menunjukkan pukul 07.00 kurang.
Lalu aku akan turun membeli roti dan ayah menunggu di mobil. Kadang-kadang ia menjemputku selesai kegiatan OSCE, lalu aku akan bercerita tentang kebodohanku dan kebaikan hati dosen pengujiku hahaha. Ya, bagi kebanyakan sejawat, OSCE merupakan ajangnya konyol, gugup, kurang tidur, dan tremor setiap akhir Bloknya. Kecuali mereka yang expert dan tentunya sudah sering berlatih dirumah.
Tak jarang pula, malam-malam kupaksa Ayahku untuk jadi probandus alias pasien gadungan untukku berlatih. Walau terkadang diserang kantuk, ia tetap mau kalau kuminta hehe.
Ahhh rindunya. Kunobatkan masa preklinikku adalah masa belajar terindah, dengan segenap kenangan didalamnya. Jatuh bangun dalam prosesnya.
Oh yaaa aku juga rindu pada ia yang selalu menawariku roti pagi-pagi di perjalanan menuju FK Bukit. 😜
Bahagia selalu ya disana.
Al-Fatihah.
Subscribe to:
Posts (Atom)