Delapan hari pula aku bertanya-tanya, mengapa aku? Mengapa kami?
Mengapa ia? Mengapa belahan jiwaku?
Mengapa diusia kami yang masih sangat belia?
Aku takut dunia melupakannya. Aku takut mereka kabur akan sosoknya.
Sosok yang tidak pantas terlupa begitu saja.
Aku tidak akan pernah lupa.
Betapa aku pernah sangat bahagia, punya keluarga seutuhnya.
Sebelum sang pondasi pergi untuk selamanya.
Ayah, disini aku masih setia.
Kuyakinkan engkau takkan pernah terlupa.
0 comments:
Post a Comment
komen